Rabu, 17 Juli 2013

begitu aku ingin bilang tidak

Hei, aku bicara pada isak tangis malam ini.

Adakah yang lebih indah daripada ketidaksempurnaan?

dan dia pun menangis...

Hei, aku menyapa suara-suara tawa di malam orang-orang berada bersama karib-karib mereka, melawan angin, melawan mimpi orang-orang mati.

dan aku bertanya.

Apakah ada yang lebih sedih daripada perkataan yang menusuk, rahasia yang terbakar, angin malam yang hinggap pada suara-suara orang renta, serta bau darah?

dia tertawa...

Kawanku, aku berkata pada perasaan bimbang, angin ribut, badai yang menenggelamkan malam.

Adakah malam yang lebih malam daripada hati yang membeku, daripada gagang pintu yang tertahan, tertatih-tatih sebagian?

dia pun bertanya.

Dan apakah itu rasa bimbang?

Kunci pintunya, jangan kau berani hinggap pada siang yang terang.

Rasakan amarahnya, tinggikan derajatnya.

dan dia pun hilang...

lalu aku bertanya, pada dua sisi koin yang bersebrangan.

Akankah kalian hidup dalam derita kerinduan, serta kami hidup dalam penyiksaan abadi?

Kau tahu apa yang kau tahu, kau akan tahu perihnya irama bau tanah.

Jangan, Jangan...


15 Juli 2013
v-8

Bulan yang Tak Kunjung Sempurna

hembusan, sentuhan, dorongan, sayatan, tikaman angin pemburu terus menghantui hari-hariku.

kicauan yang dulunya adalah air, membara di hadapanku.

tembok-tembok tinggi membentang, melimpah, menyelimuti bekas-bekas luka di wajahku.

dan di wajahmu ada pedang yang menghunus, bak petir menghantam atap-atap rumah modern.

lalu tatapan kematian, tatapan kematian itu, merasuk ke tiap sel jiwaku.

hilang dalam darah, hidup dalam melodi-melodi sunyi.

dan aku masih harus menunggu 96 menit lagi!

akankah tisu-tisu itu robek, atau basah, atau hilang begitu saja?

akankah botol-botol hitam itu membusuk, terdegradasi seperti yang seharusnya tembok-tembok sial ini alami kelak?

bisa jadi ketika runtuhnya tembok-tembok ini, aku ada di arah mata angin yang berbeda!

dan kau, akan menghunuskan pedang-pedangmu itu pada orang-orang sial bau api.

dusta.

aku adalah dusta.

hinggap di tiap hati orang-orang itu.

dan aku pun akan patahkan pedangmu, lalu ku balikkan satu dari sekian ke jantung kecilmu itu.

aku akan ambil patahan lainnya, akan ku lahap hidup-hidup dari mata sampai ke ujung kaki.

kita tahu, purnama itu tak akan kunjung datang.

purnama itu tak akan mampir.

karena mimpi ini, akan terus berjalan, dalam hunusan pedang-pedang.


18 juli 2013
v-8
what i just freaking wroteeee?!!! LOL *ignore*

Kamis, 14 Februari 2013

Relativitas Garis Lurus

Temanku hinggap, dalam pelukan burung-burung mati

dan terus bersenandung, dalam irama bau tanah

lalu pada malam itu, malam penuh langit merah

aku berkata A

temanku berkata A

kawanku berkata A

sahabat fanaku berkata A

karibku pun berkata A

hingga kepingan-keingan merah jambu menusuk hatiku

menusuk jantungku hingga seribu wajah tak lagi dapat ku tampakkan

jujur, aku bahkan tak tahu A itu ada

A itu tidak bahkan nyata

tapi 3 jam pun berlalu, dengan langit tetap berwarna merah

dan garis kembali lurus, tegak lurus garis normal

aku melihat tanganku, selama satu jam

kulihat angka 10, dimana 2 tambah 8

dan telah kukirimkan 5000 merpati untuk menjemputnya

tapi ia tak pernah datang

ia tak pernah kembali

ia tak suka muncul dari balik batu

ia itu hidup

ia itu mati

ia itu keduanya

dalam siluet ungu ku termenung

goresan-goresan takdir pun telah terjadi

tapi itu sangat cepat

terlalu cepat

dan insiden kepala kuning pun terjadi

kepala kuning diam membisu

tapi tunggu, tunggu tunggu dulu

A tidak sama dengan 10

A bukan hidup pada zaman batu

A hidup beberapa jam kemudian

dan akan hidup lebih cerah daripada kata cerah itu sendiri

datang tak diantar

hinggap bagai ombak berbuah-buah

yang akan aku terus sesali jika aku berbelok kiri

sungguh.....

jalan itu terlihat, dan akan terus tidak berada di bahu kiriku



"8 jam akan datang, dan akan terus menunggu untuk kudatangi, wahai sang cendekiawan"

Berbatas ruang, tak berbatas waktu

tik tok tik tok, jam terus berdetak

terus-menerus menunggu angka 25

taring-ting jam pun kian ganas tiap detik

tatapan-tatapan mata yang menyegarkan itu, lewat silih berganti

tiang-tiang hati yang harus terus-menerus di tancapkan kembali, tanpa haus akan akhira mutlak

tak tau mengapa, tak tau ke mana, yakin akan suatu hal yang pasti

tidaklah mungkin engkau tidak menunggu di ujung ruangan hampa ini

tak berbatas waktu, tak berbatas waktu

tunggu aku wahai alunan kasih

tatap selalu jam dindingmu

karena 7 jam lagi, aku akan datang bersamamu



untuk jam yang terus berdetak
untuk waktu yang terus berjalan
untuk angin yang terus berhembus

Minggu, 10 Februari 2013


Hidup Baru

Halaman demi halaman, terus menggantung dalam dering melodi rindu

Rindu akan angka- angka dengan orde 3, mungkin mendekati 4

Yang pada waktu dekat, telah habis masa waktunya

Aku ingin keluar dari eraman jiwa kecil ini

Dan pergi menyapa setiap bulan pada tiap planet di tatasurya


Satu, dua, tiga, waktu takkan bisa berhitung sendiri

Bahkan pasir pun tak akan bisa mengalir sendiri

Bukan seperti bunga mawar yang dapat mengembang sendiri

Lalu pergi dan menghianati durinya sendiri

Layaknya sang bulan yang telah pergi menghianati buminya sendiri

Meninggalkan bayangan merah biru kehijauannya sendiri


Aku ingin menulis syair baru, syair dimana hanya ada aku dan dia

Dia serta kamu, kamu dan aku dalam beberapa kisah lainnya

Dapatkah?

Akankah?

Tak cukupkah satu kalimat mengatakan aku rindu padamu?

Atau aku harus benar- benar membaca buku baru?

Dan menyimpan buku ini, sampai dihinggapi rayap lalu lenyap, begitukah?

Lenyap dalam kekosongan semata, itu yang kau mau?


Asal kau tau, aku telah membaca kurang lebih 2 buku setelahmu

Dan kemerahan ini benar- benar tak bisa aku hijaukan kembali

Aku tak peduli

Atas setiap kesia-siaan bait-bait penuh darah ini

Yang dalam nyatanya, hanya meninggalkan rasa asam manis

Dan tetap saja aku pun telah hinggap dalam lingkaran setan

Lingkaran setan, lingkaran kematian

Tak akan pernah bisa akan keluar

Tak akan pernah mau akan keluar

Salahku, ya

Salahku, ya

Salahku, ya

Ini semua memang hanya koar-koar semata

Dan kenapa

Kenapa?

Kenapa?!

Semua syair hanya tertuju padamu, pada akhirnya...

v-8, 22 okt 2012

Semut

semut

semut-semut kecil

yang sungguh besar dari yang kecil

menawan penghalang semua bedil

meluruh, lantahkan seluruh babil

keselewengannya mati merasuk

mati merasuk
mati merasuk

merasuk tikam, merasuk sayat, merasuk dalam setiap amarah tengil

lantang ia mampat ke dalam adil

sayapnya kecil menembus teralis-teralis

teralis-teralis mistis
teralis-teralis mistis

mistis yang merasuk

merasuk mati
merasuk mati

merusuk!
merusuk!
tulang rusuk!

sumsumnya
sumsumnya
berikan aku sumsumnya

aku ingin tergoda

aku ingin merasuk ke dalam dunia sang pembesar

semut yang begitu besar

tulang rusuknya tercecer di mana-mana

hilang, tercaci maki

terusuk bata
terusuk bata
tulang rusuk bata

merah

oranye

kelabu

hitam
hitam

tambah air, tolong, aku ingin air

semut kelabu
semutnya kelabu

pasukan tulang rusuk bata

aku terasuk, terusuk!

merayap, merasuk ke dalam para pembuat onar

lalu biarkan sang pembuat onar mati

dalam tanah

dimakan para cacing bertulang rusuk hitam

yang akan pula, digerogoti

oleh semut-semut besar, dengan sumsum hitam pahitnya

semut dengan jintan hitam....