dan terus bersenandung, dalam irama bau tanah
lalu pada malam itu, malam penuh langit merah
aku berkata A
temanku berkata A
kawanku berkata A
sahabat fanaku berkata A
karibku pun berkata A
hingga kepingan-keingan merah jambu menusuk hatiku
menusuk jantungku hingga seribu wajah tak lagi dapat ku tampakkan
jujur, aku bahkan tak tahu A itu ada
A itu tidak bahkan nyata
tapi 3 jam pun berlalu, dengan langit tetap berwarna merah
dan garis kembali lurus, tegak lurus garis normal
aku melihat tanganku, selama satu jam
kulihat angka 10, dimana 2 tambah 8
dan telah kukirimkan 5000 merpati untuk menjemputnya
tapi ia tak pernah datang
ia tak pernah kembali
ia tak suka muncul dari balik batu
ia itu hidup
ia itu mati
ia itu keduanya
dalam siluet ungu ku termenung
goresan-goresan takdir pun telah terjadi
tapi itu sangat cepat
terlalu cepat
dan insiden kepala kuning pun terjadi
kepala kuning diam membisu
tapi tunggu, tunggu tunggu dulu
A tidak sama dengan 10
A bukan hidup pada zaman batu
A hidup beberapa jam kemudian
dan akan hidup lebih cerah daripada kata cerah itu sendiri
datang tak diantar
hinggap bagai ombak berbuah-buah
yang akan aku terus sesali jika aku berbelok kiri
sungguh.....
jalan itu terlihat, dan akan terus tidak berada di bahu kiriku
"8 jam akan datang, dan akan terus menunggu untuk kudatangi, wahai sang cendekiawan"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar